Minggu, 31 Mei 2009

Artis masuk Senayan,memangnya panggung hiburan

Semrawut...mungkin kata-kata itu yang pas untuk sistem pemerintahan kita saat ini. Kenapa tidak, belum habis akal berpikir dengan KKN,Global warming,Kemiskinan yang merajalela.eh sudah ditambah saja dengan masuknya artis-artis ibukota ke kancah politik. Mau menjunjung aspirasi rakyat atau mencari aspek jangka panjang karena tidak laku lagi?

Pemilihan umum 2009-2014 ini, saya kira akan membenahi semua masalah-masalah negara tapi malah sebaliknya. Masuknya artis-artis ibukota adalah menjadi bukti rusaknya sistem pemerintahan kita. Demokrasi boleh-boleh saja tapi coba diperhatikan kemampuan mereka. Apa bisa Eko patrio, Mandra, Venna melinda membenahi masalah-masalah negara yang semakin hari semakin memburuk. Mau dibuat apa nanti dan dibawa kemana bangsa ini? Mau Salsa atau mau ngelawak di Senayan? Yang gelar doktor saja susah sekali memikirkan nasib bangsa, Bagaimana mereka? Siapa yang pantas disalahkan disini konstituen yaitu masyarakat kita yang bodoh atau calon-calon legislatif ini yang tidak tahu diri?
Adevia oki damara (153070167)

Minggu, 24 Mei 2009

Fenomena ngafe di kalangan mahasiswa (liputan malam)

Maraknya tongkrongan kafe kopi banyak digemari mahasiswa saat ini. Dari sekedar untuk menikmati kopi sampai tempat kumpul-kumpul pun dijadikan alasan. Fenomena malam ini tidak bisa kita pandang sebelah mata ,karena ternyata di balik ini ada kasus pelecehan seksual di dalamnya.

Menjamurnya kafe-kafe yang menawarkan segenap kenyamanan bagi penikmat kopi pun ditawarkan. Mulai dari view area persawahan yang damai sampai aneka kopi yang membuat pengunjung betah berlama-lama disana. Kebanyakan pengunjungnya pun adalah mahasiswa . "Saya mulai ngopi sejak saya jadi mahasiswa,biasalah untuk melepas penat",ujar Yudi salah seorang pengunjung setia kafe kopi. Tapi tahukah anda bahwa selain tempat ngopi dan nongkrong anak-anak muda,kafe kopi juga jadi tempat ajang mencari wanita "negatif". Pasti dari kita semua belum terlalu banyak yang menyadarinya. Hal ini dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebut saja Dody seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta yang pernah melakukan hal serupa. "Saya cuma traktir dia makan dan gombal-gombal sedikit,langsung saya ajak dia mau",ujarnya. Saya tidak bisa habis pikir cuma ditraktir makan sebuah harga diri seorang wanita. Mungkin bagi kita ini hal yang tidak masuk akal tapi kita tidak bisa berdiam diri melihat hal tidak senonoh itu terjadi. Saya tidak bisa menyalahkan sepihak saja tapi disini kedua belah pihak bersalah. Yang perempuan kenapa mau-mau saja diperlakukan seperti itu sedangkan yang laki-laki tidak menghargai seorang perempuan. Tapi yang saya heran fenomena ini kenapa kerap kali terjadi. Apakah hal ini bisa dijadikan kasus pelecehan seksual atau ini suatu bentuk kenakalan mahasiswa saat ini,wajib jadi renungan. (oki-153070167)(isnan fauzi 153070114)(kukuh tri priyani 153070107)(lisa novita 153070110)(Ratih anggunnia anjaya 153070085)

Rabu, 13 Mei 2009

Fenomena miras dan mentalitas aparat keamanan

Fenomena miras saat ini sudah merajalela di berbagai kalangan, baik dari kalangan biasa sampai mahasiswa. Tiap malam, entah di pertokoan maupun di depan Swalayan 24 jam dipenuhi oleh penikmat miras. Entah kenapa miras yang dahulu diharamkan atau tidak diterima dimasyarakat, kini menjadi barang halal konsumsi.  Ironisnya, Pemuda atau pemudi yang notabebe adalah mahasiswa atau pelajar itu lebih memilih menghabiskan sisa hari dengan minum minuman haram itu ketimbang belajar di rumah. Dan ironisnya lagi, Fenomena ini saya temukan di Yogyakarta, kota yang terkenal dengan kota pelajar. Kemana saja pihak berwajib selama ini? Apakah minum minuman keras dihalalkan di Yogyakarta?

          Pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul dalam benak saya,setelah melihat langsung fenomena ini. Seringkali muncul rasa iba, melihat para mahasiswa lebih suka menghabiskan malam hari dengan minum miras daripada menyelesaikan tugas kuliah di kost. Dan tidak jarang juga, saya merasa jengkel dengan tingkah laku mereka yang tidak sesuai dengan predikatnya sebagai mahasiswa. Bagaimana bangsa ini bisa bermartabat, kalau penerus atau generasi bangsanya itu sendiri tidak bermartabat? Bagaimana bangsa kita bisa beretika dan beradab, kalau penerusnya sendiri lebih suka minum minuman keras daripada memikirkan nasib bangsa? 

          Yang lebih ironis lagi, Fenomena nongkrong mahasiswa di muka umum ini sama sekali tidak direspon oleh aparat keamanan, buktinya mereka masih asik-asik saja melakukan rutinitas itu seolah-olah hal yang mereka lakukan itu benar. Padahal tidak sedikit terjadi perkelahian yang mengganggu masyarakat maupun pengunjung swalayan tersebut. Kemana saja aparat keamanan selama ini ? Apakah hal ini akan terus dibiarkan seperti ini? Saya berharap dengan adanya artikel ini ,pihak-pihak berwajib atau masyarakat yang peduli bisa menanggapi hal ini dengan serius. Kita sama-sama membangun masyarakat madani di tengah-tengah kita untuk bangsa yang lebih baik.(oki)

Artikel opini , Adevia oki damara (153070167)

Meneropong Fenomena Seks Bebas Mahasiswa

Banyaknya perguruan tinggi di kota-kota besar, seperti Yogyakarta, membuat usaha kos-kosan kian menjamur. Disatu sisi, kos-kosan sangat membantu bagi mahasiswa yang tinggal jauh dari kampus, mempunyai tempat tinggal sementara yang nyaman, layaknya rumah sendiri. Namun disisi lain, kos-kosan kerap kali disalah gunakan keberadaannya.
Ancaman pola hidup seks bebas di kalangan mahasiswa yang tinggal di kos-kosan khususnya di kota Yogyakarta berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol yang mereka terima. Sementara itu tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak mahsiawa yang terjebak ke dalam pola hidup seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima, baik dari teman, Internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
Dalam hal ini, sekuat-kuatnya mental seseorang yang mungkin mengaku anti dengan seks bebas, namun ketika ia terus menerus diterpa dan mendapat godaan serta gaya hidup yang bebas, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi mahasiswa yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat.
Masalah ini mungkin bisa lebih efektif jika diatasi dengan kesadaran para induk semang untuk melakukan control serta pengawasan yang intensif kepada anak-anak kosnya. Hal lain yang juga efektif adalah tentu saja kesadaran dari orang tua dari masing-masing mahasiswa untuk memilih tempat kos yang layak serta dapat aman. Di samping itu, perlu pembekalan benteng ajaran agama yang kokoh bagi mereka. (Isnan Fauzy-153070114)

Misuh, Jadi Gaya Hidup dan Kebiasaan Pelajar

Misuh dikalangan remaja sudah tidak menjadi hal yang baru. Namun sudah menjadi gaya hidup dan kebiasaan. Faktor emosiaonal dalam diri kita memang bisa menjadi salah satu faktor mengapa terjadinya misuh. Pengaruh lingkungan mereka gaul mungkin salah satu yang bisa jadi mempengaruhi mereka misuh. Sebab gara – gara ngikut – ngikut temen mereka menjadi berpengaruh buruk.
Pelajar mulai dari tingka SD pun saat ini banyak yang sudah misuh – misuh dari kata – kata yang tidak lazim diucapkan. Namun dari pergaulan yang buruk, secara tidak sengaja para pelajar secara tidak langsung sudah terpengaruh, dan tidak bisa dipungkiri mereka tidak bisa lepas dari pengaruh yang buruk. Justru pengaruh yang jelek tersebut secara cepat dan gampang menerpa para pelajar.
Rasa jengkel atau kesal mungkin terjadinya mengapa para pelajar misuh – misuh. Serta dengan mengucapkan kata – kata yang tidak baik di dengar dan tidak lazim menjadi salah satu pelampiasan kekesalan mereka. Dengan misuh mereka merasa lega dengan mengukapkan kata – kata kekesalan mereka pada orang lain.
Seharusnya para remaja saat ini perlu pencerahaan pada orang tua maupun pengajar mereka, seperti guru mereka mengajar di sekolah. Serta harus banyak istighfar dan memilih pergaulan yang baik. ( kukuh tri priyani / 153070107 )

Selasa, 12 Mei 2009

Pemimpin Angkuh Masyarakat Runtuh

Kualisi . . kualisi . . kualisi . .itulah mungkin satu kata yang sering kita dengar di dan hangat di bicarakan di hampir setiap media. Figur – figur pemimpin baru berwajah lama mulai muncul dengan menunjukkan keangkuhannya. Masyarakat bingung dengan apa yang sedang terjadi di panggung politik Indonesia. Kita hanya bisa berharap, jangan sampai mereka angkuh, membuat kita semakin runtuh.


Tanggal 09 April yang lalu seluruh rakyat Indonesia berhak memilih siapa calon pemimpin legislatif melalui pemilu. Berbonong – bondong warga antusias untuk menyuarakan haknya. Dua minggu sebelum pemilihan, para calon legislative berkampanye, berlomba – lomba untuk meraih simpati rakyat. Dan kini hasil siapakah pemimpin – pemimpin rakyat yang akan menyalurkn aspirasi rakyat di kursi DPR telah terpilih. Partai yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan legislative kali ini memiliki kesempatan untuk menyalonkan calonnya untuk maju menduduki kursi presiden.

Mendengar kata kualisi mungkin sebelumnya masih dirasa asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun belakangan ini hamper setip media menyuguhkannya. Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomer satu di Indonesia saat ini, lagi mendapatkan suara terbanyak dalam poling pemilihan presiden. Namun masalahnya saat ini siapa yang beruntung mendampinginya duduk di kursi nomor satu di Negara ini belum terjawab. Satu per satu figur muncul dengan percaya diri tampil mencalonkan diri untuk mendampingi SBY. Di sisi lain, para pemimpin muncul dengan angkuhnya ingin mencoba merebut kursi nomer satu di Indonesia ini.

Dengan segala keberhasilan yang mereka miliki sebelumnya dan dengan bermisi ingin merubah dan menjadikan bangsa Indonesia ini lebih maju dari sebelumnya. Mereka tampil berusaha meraih simpati rakyat. Berbagai upaya mereka lakukan. Dari mengumpulkan massa dengan menyuguhkan hiburan musik artis ibu kota, membagi – bagikan sembako atau bantuan langsung tunai hingga mengadakan bakti sosial.
Apapun yang mereka lakukan, semoga tidak membuat mereka angkuh dan malah menjadikan kita sebagai masyarakat bingung untuk menentukan siapa yang terbaik. Sebaiknya para calon pemimpin tidak hanya mempertunjukkan keberhasilan dan kesuksesan mereka semata. Namun mereka juga memikirkan penyeleaian – penyelesaian dari segudang masalah yang melanda bangsa ini. Dan semoga mereka tidak terlalu angkuh untuk memimpin bangsa ini yang hanya akan membuat runtuh bangsa ini.
( Lisa Novita 153070110 Tajuk Rencana )

Rabu, 06 Mei 2009

Koalisi halalkan segala cara

Ketika pilpres semakin mendekat, segala macam cara pun dilakukan para partai untuk mencari pendukung dan memenangkan jabatan tertinggi di Indonesia.

Kita tahu bahwa seharusnya partai bertindak sesuai kemauan rakyat. Karena berkembangnya partai tidak lepas dari campur tangan masyarakat. Bisa dibilang, partai itu dipilih oleh rakyat untuk memperjuangkan nasib rakyat. Tetapi kenyataanya, pada saat pilpres akan dilaksanakan partai-partai sibuk sendiri bertindak semaunya untuk mencapai jabatan tertinggi di Indonesia tanpa mendengarkan kemauan rakyat sedikitpun. Mereka seharusnya menyadari bahwa mereka bisa menang karena rakyat yang memilih. Tetapi pada saat berkoalisi, mereka tidak mendengarkan sedikitpun suara rakyat. Malahan partai-partai menghalalkan segala cara. Saling berkoalisi dengan partai A ke partai B. saling menawarkan diri untuk menjadi presiden. Lalu siapa yang akan menjadi wakil presiden ?
Mereka seharusnya turun ke laangan seperti pada saat kampanye. Bukan untuk mencari pendukung saja, tetapi mendengarkan suara rakyat. Akan dibawa kemana bangsa ini jika pemimpin kita tidak mendengarkan suara rakyat ?. paling tidak “hai rakyat, apa maumu?”.

Ratih Anggunnia Anjaya
153070085

Koalisi, Penyebab Pecahnya Partai

Perolehan Sementara Partai Demokrat pada pemilu Legislatif meningkat. Hasil Sementara menduduki tingkat teratas. Pimpinan Demokrat semakin percaya diri memeanngkan pemilihan Presiden Mendatang.

Pemilihan calon Presiden dan wakil presiden pada 9 Juli mendatang, Demokrat semakin yakin bahwa partainya akan menang. Namun Demokrat harus menyiapakan strategi dan taktik, bagaimana partainya memenangkan kedudukannya. SBY harus memilih dan menetapkan siapa dan dari partai manakah yang tepat untuk mendampinginya, sebagai wakil presiden.
Partai Demokrat tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan, sebab jika mengambil keputusan yang cepat – cepat, akan berakibat buruk. Karena ini bukan masalah yang gampang. Koalisi menyangkut nasib bangsa kita selama 5 tahun mendatang. Sehingga SBY harus benar – benar menguras otak untuk memikirkannya.
Banyaknya partai yang ingin mecalonkan diri sebagai calon presiden, maka pada pemilihan presiden mendatang akan terjadi persaingan yang sangat ketat dan rumit. Oleh karena itu setiap partai masing – masing akan memilih dengan siapakah mereka harus berkoalisi.
Partai Demokrat pada pemilihan mendatang sudah tidak lagi berkalisi dengan Jusuf Kalla. Sebab dari pihak Jusuf kalla tidak mau lagi dipasangkan dengan SBY menjadi wakil Presiden. Maka Jusuf Kalla memilih untuk tidak lagi berkoalisi dengan SBY. Namun dilain pihak, dari pihak partai golkar yaitu Akbar tanjung menginginkan dirinya mendukung SBY. Sehingga mengakibatkan perpecahan diantara parati Golkar. Partai Golkar akan terpecah menjadi dua yaitu dari kubu Akbar tanjung dan Jusus Kalla.
Seharusnya sama – sama lahir dari partai Golkar, mereka harus saling mendukung. Sebab ika tidak ada keharmonisan dalam satu lingkup partai maka akan terjadi perpecahan partai Golkar. Sehingga harus ada pertemuan atau musyawarah diantara mereka untuk mendapatkan jalan tengah. Namun jika tidak ada yang mau mengalah, maka parati Golkar akan terpecah menajadi dua.
Partai Demokrat harus lebih hati –hati dalam mengambil keputusan, agar tidak menjadi boomerang bagi partai mereka. SBY membuka pintu selebar – lebarnya bagi partai lain yang ingin bergabung dan berkoalisi dengannya. Jangan sampai hanya karena koalisi suatu partai menajdi terpecah belah. “ KUKUH TRI PRIYANI / 153070107”

Selasa, 05 Mei 2009

Nasib Bangsa Pasca Cerai

Keputusan Jusuf Kalla yang mengusung Wiranto menjadi pasangan Capres dan Cawapres telah mengubah peta politik.

Hal tersebut sangatlah mungkin terjadi kemelut antara SBY dan JK yang berpotensi merenggangnya keharmonisan Partai Demokrat dan Partai Golkar di pemerintahan. Sudah pasti konsentrasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla akan terbagi ke urusan pemilu presiden, tetapi semoga tetap bisa professional dalam menjalankan pemerintahan. Memang, pemilu legislative maupun pemilu presiden itu penting, tetapi lebih penting lagi memperjuangkan serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sebagian besar para elite politik sibuk berkoalisi menggandeng partai lain untuk dijadikan pasangan capres maupun cawapres. Mereka seakan lupa, bahwa mereka mempunyai rakyat yang masih perlu mendapat perhatian. Seakan rakyat kini hanya sebagai penonton yang tengah menikmati sebuah pertunjukan sandiwara para petinggi bangsa. Mereka seakan mementingkan kepentingan sendiri dan tutup telinga terhadap aspirasi dan masukan dari rakyatnya sendiri.

Masa depan demokrasi ini banyak ditentukan oleh pemilihan umum. Karena itu, 2009 merupakan tahun pemilu dan pemilihan presiden yang amat menentukan perjalanan bangsa ke depan. Tahun 2009 akan menentukan apakah bangsa ini terus berproses ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, tahun 2009 merupakan jawaban apakah bangsa ini menginginkan perubahan.(Isnan Fauzy – 153070114)