Rabu, 29 April 2009

Dullah, Sang Penyelamat Lingkungan

Ratih Anggunnia Anjaya
153070085

Dullah, Sang Penyelamat Lingkungan

“Saya ini bekerja, saya bikin gembira saja. Kadang nyanyi-nyanyi untuk menghibur diri sendiri”. Demikian kata Bapak Dullah, seorang tukang sapu yang selalu terlihat ceria. Meskipun terik matahari menyengat kulit, ia tetap bersemangat menyapu jalanan malioboro.

Dua puluh tahun sudah, lamanya Bapak Dullah bekerja sebagai tukang sapu disepanjang jalan malioboro. Dengan sebuah sapu lidinya ia berjuang mencari nafkah. Menjadi tukang sapu adalah pilihannya, karena tidak ada pilihan lain selain mengandalkan tenaga. Ia hanya lulusan SR (sekolah rakyat) sampai kelas 3. “Kalau dulu belum ada SD, tapi SR. itupun hanya sampai kelas 3 karena orang tua hanya buruh tani, jadi tidak bisa membiayai sekolah, hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Tapi ya, saya bersyukur bisa membaca dan menulis sedikit-sedikit”. Katanya sambil tersenyum.
Pria berusia 74 tahun ini tinggal disebuah kontrakan yang berdekatan dengan sebuah universitas swasta di daerah Badran. Ia hanya tinggal berdua dengan sang istri karena tidak mempunyai seorang anak. Ketika matahari terbit, ia berjalan dari rumah ke malioboro. Penghasilannya sehari mencapai RP 22.500,00 dan hanya cukup untuk makan sehari-hari, sisanya ditabung untuk membayar kontrakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar